MODEL EVALUASI CIPP (CONTEXT, INPUT,
PROCESS, PRODUCT)
Evaluasi, dari awal kemunculannya sampai
dengan saat ini terus mengalami perkembangan. Evaluasi merupakan istilah baru
dalam kajian keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Walaupun
demikian, bidang kajian evaluasi ternyata telah banyak memberikan manfaat dan
kontribusinya didalam memberikan informasi maupun data, khususnya mengenai
pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan
rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut untuk menentukan
keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan
lebih baik lagi. Dan saat ini, evaluasi telah berkembang menjadi tren baru
sebagai disiplin ilmu baru dan sering digunakan oleh hampir semua bidang
dalam suatu program tertentu seperti,evaluasi program training pada sebuah
perusahaan, evaluasi program pembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi
kinerja para pegawai negeri sipil pada sebuah instansi tertentu.
Dalam implementasinya ternyata evaluasi
dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dari
evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi program pembelajaran tidak
akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program pembelajaran dilakukan
dengan dituan untuk melihat sejauh mana hasil belajar telah tercapai dengan
optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sediri. Sedangkan
evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas,
loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan menentukan hasil
produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa model evaluasi
yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi. Dari
beberapa model evaluasi yang ada, penulis hanya akan membahas model evaluasi
CIPP (Context, Input, Process, Product) yang
dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.
Model evaluasi CIPP dalam pelaksanaannya
lebih banyak digunakan oleh para evaluator, hal ini dikarenakan model evaluasi
ini lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi lainnya. Model
evaluasi ini dikembangkan oleh Daniel Stuffleabem, dkk (1967) di Ohio State
University. Model evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary Education Act). CIPP
merupakan singkatan dari, context evaluation : evaluasi terhadap konteks, input evaluation : evaluasi terhadap masukan, process evaluation : evaluasi terhadap proses, dan product evaluation : evaluasi terhadap hasil. Keempat singkatan dari CIPP tersebut
itulah yang menjadi komponen evaluasi.
Model CIPP berorientasi pada suatu
keputusan (a decision oriented evaluation approach structured).
Tujuannya adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) didalam
membuat keputusan. Menurut Stufflebeam, (1993 : 118) dalam Eko Putro Widoyoko
mengungkapkan bahwa, “ the CIPP approach is based on
the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but
improve.” Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan
bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk
memperbaiki.
Berikut
ini akan di bahas komponen atau dimensi model CIPP yang meliputi, context, input, process, product.
1. Context Evaluation (Evaluasi Konteks)
Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan
menyebutkan, tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan
dan kelemahan yang dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan
ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safrudin menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya
untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi,
populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Dalam hal ini suharsimi
memberikan contoh evaluasi program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) dalam
pengajuan pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a)
Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi
oleh program, misalnya jenis makanan dan siswa yang belum menerima ?
b)
Tujuan pengembngan apakah yang belum
tercapai oleh program, misalnya peningkatan kesehatan dan prestasi siswa karena
adanya makanan tambahan ?
c)
Tujuan pengembangan apakah yang dapat
membantu mnegembangkan masyarakat, misalnya kesadaran orang tua untuk
memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya ?
d)
Tujuan-tujuan
manakah yang paling mudah dicapai, misalnya pemerataan makanan, ketepatan
penyediaan makanan ?
2. Input Evaluation (Evaluasi
Masukan)
Tahap kedu dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan. Menurut Eko Putro
Widoyoko, evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan
sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi
untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen
evaluasi masukan meliputi : 1) Sumber daya manusia, 2) Sarana dan peralatan
pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai prosedur dan aturan yang
diperlukan. Dalam hal ini pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap
evaluasi masukan ini adalah :
a)
Apakah makanan yang diberikan kepada siswa
berdampak jelas pada perkembangan siswa ?
b)
Berapa
orang siswa yang menerima dengan senang hati atas makanan tambahan itu ?
c)
Bagaimana
reaksi siswa terhadap pelajaran setelah menerima makanan tambahan ?
d)
Seberapa
tinggi kenaikan nilai siswa setelah menerima makanan tambahan ?
Menurut Stufflebeam
sebagaimana yang dikutip Suharsimi Arikunto, mengungkapkan bahwa pertanyaan
yang berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong
diselenggarakannya program yang bersangkutan.
3. Process Evaluation (Evaluasi
Proses)
Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam
Eko Putro Widoyoko menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga
tujuan : “ 1) do detect or predict in procedural design
or its implementation during implementation stage, 2) to provide information
for programmed decision, and 3) to maintain a record of the procedure as it
occurs “. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau memprediksi
rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi,
menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip
prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian
yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada
dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah
diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto, evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses
diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah
terlaksana sesuai dengan rencana. Oleh Stufflebeam diusulkan
pertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut :
a)
Apakah
pelaksanaan program sesuai dengan jadwal ?
b)
Apakah
staf yang terlibat didalam pelaksanaan program akan sanggung menangani kegiatan
selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan ?
c)
Apakah
sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal ?
d)
Hambatan-hambatan
apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program dan kemungkinan jika program
dilanjutkan ?
4. Product Evaluation (Evaluasi
Produk/Hasil)
Sax (1980 : 598) dalam Eko Putro Widoyoko
memberikan pengertian evaluasi produk/hasil adalah “ to allow to project director (or techer) to make decision of program “. Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek
atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir,
maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida Yusuf Tayibnapis (2000 :
14) dalam Eko Putro Widoyoko menerangkan, evaluasi produk untuk membantu
membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun
apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.
Dari pendapat diatas maka dapat ditarik
kesimpuan bahwa, evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk
melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat
menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program
dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan. Pada tahap
evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a)
Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah
tercapai ?
b)
Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin
dirumuskan berkaitan antara rincian proses dengan pencapaian tujuan ?
c)
Dalam hal apakah berbagai kebutuhan siswa
sudah dapat dipenuhi selama proses pemberian makanan tambahan (misalnya variasi
makanan, banyaknya ukuran makanan, dan ketepatan waktu pemberian) ?
d)
Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam
waktu yang relatif panjang dengan adanya program makanan tambahan ini ?
Kelebihan dan Kekurangan Model Evaluasi CIPP
Menurut
Eko Putro Widoyoko model evaluasi CIPP lebih komprehensif diantara model
evaluasi lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi
juga mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil. Selain kelebihan tersebut,
di satu sisi model evaluasi ini juga memiliki keterbatasan, antara lain
penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran dikelas mempunyai tingkat
keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tidak adanya modifikasi.
DAFTAR BACAAN
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan
Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2009)
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran : Prinsip,
Teknik, dan Prosedur, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009)
Hamid Hasan, Evaluasi
Kurikulum, cetakan kedua, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar